Tuesday, November 19, 2013

Karena Mereka Cuman Satu

Sore yang sepi diiringi lagu-lagu The Script.

Jari jempolku tiada henti men-scroll kebawah sembari memilih tweet mana yang akan dihapus. Mau tidak mau aku pasti membaca semua tweet yang dulu pernah aku post. 

Aku putuskan ini untuk menjadi postingan pendek.

Aku hanya mau menulis kalau aku merindukan masa-masa yang pernah aku lalui. Masa-masa SMA, masa-masa remaja yang tidak mungkin terulang. Masa-masa yang diisi dengan teman-teman yang "bodoh" yang tidak mungkin ditemukan dimana-mana. Karena mereka cuman satu.

Friday, October 25, 2013

Salah Persepsi

Akhirnya mulai nulis lagi setelah sekian lama berurusan dengan proses adaptasi. Ya, sekarang gue lagi ga di Indonesia dikarenakan masalah pendidikan. Proses adaptasi yang baru akan dimulai dan sudah menguras air mata gue. Mungin kalo ada air-mata-meter, gue udah ada in the highest level. Sebenernya apa sih yang bisa buat gue mewek terus? Indonesia, esp. Jakarta dan Bekasi.
 
Mungkin bagi kalian yang tinggal di Jakarta dan/atau Bekasi - dan belum sempat ngerasain tinggal di luar Indonesia - merasa kalau dua kota itu ga enak karena dimana-mana macet, polusi, anak-anak yang suka sembarangan, pengemis-pengemis di pinggir jalan, dan masih banyak lagi. Mungkin pernah terbesit di benak kalian kalau kalian ingin pindah keluar, keluar dari Indonesia. Kalian ngebayangin kehidupan diluar seindah di film-film bioskop; jalanan ga macet, ga ada pengemis, ga ada anak-anak yang ngawur, dan lain-lain. Sejujurnya dulu gue juga berpikir kaya gitu, tapi setelah gue menjalani kehidupan ini... Semua salah. Persepsi gue salah.
 
Menurut gue, kehidupan di Indonesia is much better than here. Walapun ga bisa dipungkiri kalau disini itu memang tidak ada kemacetan, polusi, anak-anak ngawur, pengemis-pengemis di pinggir jalan, dan lain-lain. Justru sebaliknya, hal-hal itulah yang membuat gue semakin kangen, mungkin cinta, sama Indonesia esp. Jakarta dan Bekasi.
 
Sebenarnya tujuan utama gue nulis postingan ini cuman mau curhat tentang perbedaan situasi dan kondisi, tapi apa daya kalau otak gue nyambungin ke masalah percintaan.

Wednesday, September 18, 2013

Ikatan Angin

Ikatan antara angin yang berhembus dari timur ke barat dan angin yang berhembus dari utara ke selatan. Saling bertemu di titik pusat dan saling melilitkan diri satu sama lain. Tapi angin tetaplah angin. Angin bukan benda padat. Angin hanyalah benda gas yang memiliki ikatan yang lemah. Didorong oleh detik-detik yang enggan berhenti berjalan, ikatan itu hilang. Angin timur menari dengan indah hingga sampai di barat dan begitupun angin utara yang berlari dengan cepat ke selatan. Mereka tidak lagi berikatan. Ya, mereka melanjutkan perjalanan sendirian. Aku ulangi, sendirian.

Monday, September 9, 2013

Questions

Am I too early to think about this?
Am I too scared?
Am I wrong if I dream about a happily-ever-after relationship?
Can we keep in touch constantly?
Can I trust you?
Will you always calm me down?
Will you always protect me?
Can I go through with this?
Am I too deep fall in love with you?

Galaunya klimaks.

Friday, August 30, 2013

Count My Days

After being a perfect procrastinator, I'm back "home". Actually, I have nothing to say but it feels like I wanna write something.

October is getting closer and closer and I have to prepare myself to leave this country and like, like, oh please should I? You know, I've already know that date and I feel like I'm a cancer sufferer waiting the death. Frightening? Yes.

Monday, June 24, 2013

Keluar Dari Kotak

Tidak ada yang lebih membosankan daripada terjebak di tengah kemacetan ibukota. Waktu tersita untuk sesuatu yang tidak penting, emosi diri pun susah untuk ditahan. 

Kemarin sore, gue baru pulang dari kawasan Senayan. Sepanjang jalan dari Senayan ke depan Cawang sih tidak terlalu macet. Tapi, saat di dalam Cawang, puluhan mobil sudah terlihat mengantre. Daripada gue ikut terjebak, yang bisa mengakibatkan gue telat sampai rumah, gue lebih memilih jalan kaki. Memang ekstrem sih pilihan yang gue ambil, tapi daripada terus menunggu didalam mobil? Lebih baik gue cari tahu penyebabnya. 

Tidak lain dan tidak bukan penyebabnya karena antrean kendaraan bermotor yang ingin mengisi bahan bakar dikarenakan keesokan harinya harga sudah melonjak. Akhirnya setelah gue melewati pom bensin tersebut, gue melanjutkan perjalanan dengan menaiki kendaraan umum yang sudah bebas dari kemacetan. 

Di dalam kendaraan umum, sambil menikmati semilir angin, terlintas satu hal dipikiran gue. Ternyata pilihan yang gue ambil untuk berjalan kaki memberi sebuah pelajaran. 

Tuesday, June 11, 2013

Ganti Handphone

"Eh, gue mau ganti hp nih. Tapi... Sayang banget sama data-datanya yang udah ada..."

...

Mungkin kalian sering denger teman-teman kalian ngomong kaya gini. Bukan sering lagi kali ya, tapi setiap kali mau ganti mobile phone pasti ngomong kaya gini. Memang sih, kalau mengingat waktu yang udah kita habiskan untuk mengumpulkan data-data itu, pasti ada rasa tidak tega untuk menggantinya. Setelah gue pikir-pikir, sebenarnya peristiwa ini memiliki arti lain yang tersirat. Dan, mungkin banyak yang tidak menyadari arti tersirat ini.

Sunday, June 2, 2013

Terpendam

Di tengah kemacetan ibukota, sosok yang selalu mengantri untuk keluar dari pikranku masih tersendat. Bayangan serupa dengan wajah yang berada di bawah kerlip lampu disco. Mata bulat coklat dan bentuk wajah persis sama.

Ingatkanku bahwa sesungguhnya kamu telah tiada. Ingatkanku bahwa semua ini hanya imajinasi hati. Aku tahu kamu tidak akan muncul kembali, terpendam seiring dengan meredupnya lampu disco. Asap membawa bayangmu pergi bersama angin malam.

Saat aku buka mata ini esok hari, ku harap cahaya matahari membawa bayangmu kembali. Pantulan cahaya di cermin menghasilkan garis pelangi. Warna-warni pelangi kembali menghidupkan kamu yang sudah dibawa angin malam. Aku harap saat aku melihat garis itu, aku juga melihat sosok kamu disana.

Wajah yang selalu ada dipikiranku. Ia tidak pernah hilang. Ia hanya terpendam.

Tuesday, April 30, 2013

Hal Kecil yang Tidak Kecil

Mungkin bagi sebagian orang ini merupakan hal kecil. Tidak terlalu penting jika hal ini diambil atau diganggu oleh orang lain. 

Membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menghasilkan sebuah karya. Seorang pelukis tidak dengan mudah menghasilkan maestronya begitu juga dengan seorang penyanyi yang ingin go international. Kemampuan pastinya terus dilatih dari hari ke hari. Segenap hati dan pikiran dikerahkan untuk menciptakan hasil yang lebih baik dari hari ke hari. Begitu juga dengan para penulis. Para penulis tidak dengan mudah mempublikasikan tulisannya. Terlebih dahulu ia memikirkan temanya, lalu alur cerita, kata-kata yang digunakan, dan bobot atau makna tulisan itu. Sebagai seorang seniman, seorang penulis (yang masih amatir), gue belajar dari hari ke hari untuk menjadi lebih baik, untuk mempublikasikan tulisan yang berbobot - walaupun tidak sebagus penulis yang sudah pro. Makna atau hal yang terkandung dalam tulisan saya pun tidak jauh-jauh dari kehidupan remaja zaman sekarang. 

Tapi apa yang terjadi jika hasil karya tersebut diambil secara gampang? Hanya satu kata. Sedih. Seperti yang sudah dituliskan di awal postingan, bagi sebagian (besar) orang mungkin statement diatas dianggap lebay. Jujur, itu sama rasanya seperti kalian udah bersusah payah berminggu-minggu menabung untuk membeli barang kesukaan kalian, lalu dengan gampangnya orang lain mengambil barang itu dan mengklaim bahwa barang itu miliknya. Nyesek kan? Sangat.

Di sisi lain akan muncul reaksi "Kan ga cuman lo doang yang mikir kaya gitu. Semua orang juga bisa mikir kaya gitu." Yap. Memang benar, tapi jika yang diambil merupakan sesuatu yang sama persis tanpa ada cacat........ Apa itu namanya?

Sebagai penutup, gue cuman mau bilang kalau seniman itu cuman minta satu hal, yaitu karyanya dihargai.





Sincerely, para penulis yang menulis dengan hati dan pikiran.

Thursday, April 18, 2013

Ekstrem dan Berlawanan

Kini aku sedang ada di persimpangan jalan. Aku hanya berdiri di tengah tanpa berani mengambil langkah tegas untuk berjalan ke salah satu arah. Aku tidak tahu ada apa disana. Apa yang akan terjadi jika aku memilihnya pun tidak terbayang di otakku. Terkadang, saat sulit seperti ini aku mengandalkan hati. Kata orang-orang di luar sana, hati bisa menjawab apa yang tidak bisa dijawab oleh otak. Apakah betul?

Aku berdiam diri sejenak untuk menerka-nerka ada apa di kedua ujung sana. Aku melihat kondisi sekeliling jalur itu, kondisi jalan yang nantinya akan aku tapaki. Tiba-tiba aku merasakan hawa sejuk dan itu menarik kakiku untuk melangkah kesana. Tapi disisi lain, aku melihat cahaya terang dari arah berlawanan. Aku berpikir "Ah, cahaya itu silau sekali. Lebih baik aku memilih jalur yang berhawa sejuk saja."  Lalu aku memulai langkahku untuk menapaki jalan itu. Semakin jauh aku melangkah, hawa dingin semakin menjadi-jadi dan menusuk sampai ke tulang-tulangku. Hawa sejuk yang ringan kini menjadi kumpulan udara besar yang membawa kristal-kristal es. Badai salju. Gunung-gunung es tinggi menjulang, bola-bola salju besar bergulir, kristal-kristal es beterbangan. Aku terjebak di daerah yang memiliki titik beku sangat rendah. Tangan dan kakiku mulai beku, darah pun hampir tidak bisa mengalir. Aku segera berbalik arah dan berusaha untuk kembali ke persimpangan sekuat tenaga. Aku tahu aku akan mati jika aku tetap melanjutkan langkahku kesana. 

Akhirnya aku mencoba untuk menapaki jalan lain, jalan yang disinari oleh cahaya terang. Sesungguhnya aku tidak tahu darimana cahaya itu berasal. Semakin lama berjalan, aku semakin merasa haus. Sinar itu begitu terik, kadar air dalam tubuhku kian menurun. Tidak tahan aku untuk tetap bertahan menyusurinya, aku pun kembali ke persimpangan lagi.

Aku sudah merasakan dua keadaan yang sangat berbeda. Aku harus segera membuat keputusan, jika tidak, aku akan berdiam diri disini untuk waktu yang aku tidak tahu kapan akan berakhir atau bahkan sampai aku mati. Diam, diam, dan diam. Aku berpikir dengan sekuat tenaga sampai pada saat ada sebuah suara dari dalam dadaku yang membantu aku membuat keputusan. Ya, itu suara hatiku. Ia mengatakan bahwa aku harus memilih jalan yang bersinar itu, tapi pikiranku menginginkan jalan bersalju itu.

Singkat cerita, pikiranku mengalah. Perdebatan dari dalam diri dengan segala konsekuensi yang akan aku hadapi membuatku mengambil keputusan untuk memilih jalan yang bersinar itu. Mungkin ini akan menjadi hal yang sulit untuk meninggalkan apa yang aku inginkan daripada aku mengikuti keinginanku dan aku akan merelakan diriku untuk mati. Lebih baik aku merasa ada yang hilang sekarang daripada aku memilih apa yang akan membuatku hancur nantinya.

Saturday, April 13, 2013

Tidak Sampai Lima Persen

Penempatan dalam sebuah ruangan itu sangat penting. Dari sudut pandang mana kita melihat, apakah itu perpaduan yang pas dengan lingkungannya atau tidak. Jika sebuah ruangan mengandung komposisi yang pas, tentu saja orang yang mengunjunginya enggan untuk berpindah. Tapi sering kali hal itu hilang dalam kehidupan ini.

Sering aku menemukan orang-orang yang menurutku tidak cocok berada di lingkungan itu. Mungkin bukan hanya aku saja, tapi kalian. Tidak jarang kita melihat seseorang yang menurut kita memiliki potensi di bidang yang lebih baik dari bidang yang dia geluti sekarang. Tapi mengapa orang itu malah berada di lingkungannya sekarang? Sebenarnya apa yang salah? Apakah memang sudah takdirnya dia berada disana? Apakah kita menyalahkan takdir?

Takdir tidak bisa diubah. Diibaratkan seperti laut yang memang asalnya memiliki rasa asin. Kita tidak bisa merubah walaupun kita menambahkan gula yang banyak. Gula itu hanyalah hiasan kecil dari takdir kita. Dan laut diibaratkan sebagai hidup. Hidupku. Hidup yang kita tidak tahu dimana, kapan, dan bagaimana akan berakhir. Hidup yang memiliki alur tersendiri. Hidup yang memiliki "kapal-kapal" yang memiliki tujuan. Hidup yang hanya bisa diam walaupun diterjang masalah. Hidup yang diam-diam menghanyutkan. Jadi, hidupku ini takdir? Memiliki alur cerita tersendiri yang aku tidak tahu kapan dan dimana akan berakhir. Tujuan hidup yang hanya tersirat di benang pikiran. Hidup tidak berontak saat ada masalah, itu jiwa. Hidup hanya diam, tapi dia tahu apa yang akan terjadi. Jiwa mengambil peran hidup untuk mendramatisir yang terjadi di dunia ini. Lalu, apakah ini ada hubungannya dengan kamu? Mungkin tidak. Tapi "iya" kata pikiranku.

Seharusnya kamu ada disini. Seharusnya kamu normal seperti anak lain. Seharusnya kamu berpikir seperti anak seusiamu. Seharusnya kamu memiliki hati seperti anak lain. Seharusnya aku tidak menulis ini. Sesungguhnya ini hatiku yang menulisnya.

Tunggu... Tulisan ini semakin ke bawah semakin tidak jelas alurnya, tapi akan memiliki akhir. Sudah kubilang sebelumnya, takdir itu seperti laut dan laut itu seperti hidup. Memiliki alur cerita sendiri dan tidak tahu dimana, kapan, dan bagaimana harus berakhir. Mungkinkah ini takdirku untuk menulis ini? Tulisan dengan secuil kisah hidup.

Monday, April 1, 2013

Tiga Ratus Enam Puluh Derajat

"Kasian banget sih dia di-PHP-in sama tuh cowo. Dasar jahat!"

"Eh eh eh, sekarang gue sama dia jadi kakak-adek ketemu gede loh. Jangan-jangan nanti gue sama dia bisa jadian deh hihihi."

"Sorry ya guys, gue lagi mau jalan ama pacar gue dulu nih. Ngumpul ama kalian kapan-kapan aja ya, masih ada waktu ini."

"Aduh, kapan ya gue punya pacar lagi? Udah satu bulan nihh malem minggu ama kucing gue. Hiks."

--

Beberapa kalimat di atas pasti sudah sering kalian dengar di sekeliling kalian. Mulai dari kisah si pelaku dan si korban PHP, kakak-adik beda orang tua, lebih mementingkan pacar daripada teman atau sahabat sendiri, dan seorang remaja galau nan labil yang tidak bisa hidup tanpa seorang pacar. Tapi menurut kami, tidak semua pelaku PHP itu bersalah, tidak ada yang namanya kakak-adik ketemu gede, hidup kalian tidak bergantung pada pacar kalian, dan kalian tidak akan mati kalau tidak punya pacar.

Pertama. Dalam kasus PHP, tidak semua kesalahan dititikberatkan pada si pelaku. Orang yang menjadi korban atau yang diberi harapan palsu harusnya memiliki inisiatif untuk meminta kejelasan. Jika dia tidak ada keinginan atau niatan untuk meminta kejelasan, dapat diartikan juga si korban ini nyaman dalam keadaannya sebagai korban harapan palsu. So, do not judge the giver as the most unrighteous.

Kedua. Hubungan antara laki-laki dan perempuan itu hanya ada dua, yaitu lovers or friends. Tidak ada yang namanya hubungan kakak-adik ketemu gede -yang pada akhirnya hanya akan berujung pada harapan palsu. Hubungan saru itu cuman bullshit, kiasan dua anak manusia yang tidak dapat membuat keputusan secara tegas. Statusnya sih teman tapi diperlakukan kaya pacar, tapi sekali lagi statusnya bukan pacar. Do you want to be in this indecisive relationship?

Ketiga. Cinta bisa merubah kelakuan seseorang. Yap, that's right buddy. Pasti kalian pernah lihat atau bahkan pernah merasakan berubahnya seseorang sejak dia punya pacar. Jarang ngobrol bareng sahabat-sahabatnya, jarang ngumpul bareng karena dia lebih mentingin pacarnya daripada sahabatnya. Please, hidup kalian itu tidak tergantung dengan keberadaan pacar kalian disamping kalian. Menurut kami, orang yang lebih mementingkan pacarnya daripada sahabat sendiri itu adalah orang yang tidak berpikir untuk jangka waktu panjang. Let's say, kalau dia putus sama pacarnya, pasti dia curhat sama sahabatnya. Gimana kalau dia putus sama sahabatnya karena pacarnya, terus saat dia putus sama pacarnya dia tidak tahu lagi mau cerita ke siapa. It's worst, isn't it? Orang tersebut juga harus memiliki me time dimana dia bisa spends her/his time with her/his family or friends. Dan yang perlu diingat jika seseorang putus dari pacarnya, dia bakal bilang "itu mantan pacar gue.", tapi jika seseorang bertengkar dengan temannya tidaklah mungkin dia bilang "itu mantan temen gue" tapi "itu temen gue, tapi ga deket.".

Keempat. Terakhir. Dunia ini luas, tidak selebar tangan pacar. Sudah menjadi pemandangan yang tidak langka bagi kita-kita pengguna social media kalau melihat status salah seorang teman yang sedih karena sedang tidak punya pacar. Ehem. Kami saja yang jomblo masih bisa hidup sampai sekarang, sampai menulis tulisan ini tanpa pacar disamping kami. Para jomblo yang mengatakan hal itu memiliki pemikiran hal yang sempit. Come on, kalian masih bisa melakukan banyak hal sama keluarga kalian, sahabat kalian, ataupun hal-hal yang kalian suka. Dan kami tegaskan, kalian masih bisa hidup tanpa pacar, tapi kalian tidak bisa hidup kalau tidak makan dan tidur. Itulah sebabnya kami sangat mencintai makan dan tidur.

Tulisan ini hanya kumpulan pendapat dua anak perempuan yang melihat suatu hal secara keseluruhan. Tiga ratus enam puluh derajat.





Thursday, March 28, 2013

Tali Tak Berujung

Post pertama dan terakhir di minggu terakhir bulan Maret.

Bulan ini menjadi bulan yang sibuk untuk aku, sebagai seorang pelajar, sampai-sampai menjadi tidak produktif untuk hampir satu bulan ini. Sibuk dalam menghadapi try out. Sibuk mengikuti pendalaman materi. Sibuk "menghantui" guru-guru. Dan sibuk memikirkan hati ini.

Sebenernya hati ini pun sudah sibuk sejak aku belum sesibuk ini. Sibuk mencari sebuah kebenaran. Sibuk mencari sebuah jalan keluar dari sebuah "gang buntu". Sibuk mencari sebuah kejelasan.

Sebuah tali. Tak terlihat. Hanya aku dan kamu. Kamu tidak mengerti kalau aku menggenggam tali ini begitu erat, tapi kamu? Hanya mengikatnya di batang pohon depan rumahmu. Kamu tidak tahu kalau aku menjaganya agar tidak lepas atau terputus, tapi kamu? Hanya tidur-tiduran santai di bawah pohon. Sampai pada akhirnya kamu menghampiriku dan berkata, "Untuk apa kamu memegangnya erat-erat? Menjaganya walaupun hari sedang terik. Sudah, lepaskan saja. Apa kamu tidak lihat kalau aku tidak memegangnya? Aku tadi kan sudah bilang kalau kamu bisa melepaskannya saja dan mebiarkan tergeletak di tanah ini. Untuk apa kamu terus berjuang? Aku juga sudah memilih untuk menggulung tali ini dan menaruhnya di dalam gudang. Aku akan mencari pergi sebentar, kamu diam saja di rumah ya." Aku hanya bisa menganggukan kepala dan kembali ke rumah. Sudah hampir setengah hari dan dia belum pulang. "Kemana saja dia? Jam segini belum kembali.", kataku dalam hati.

Akhirnya, lime menit kemudian dia kembali. Aku hanya bisa terdiam saat aku membukakan pintu. Dia kembali dengan seutas tali baru. Tali yang semua orang bisa melihatnya. Tali indah berwarna merah muda dan berhiaskan kerlap-kerlip. Sontak aku terdiam. Aku tidak mengerti untuk apa tali itu. Aku melihat dia memegang erat ujung talinya, dan aku mencari keberadaan dimana ujung satunya lagi. Setelah ku telusuri, ternyata ujung satunya lagi berakhir di sebuah ruangan. Samar-samar aku melihat ada seseorang yang memegang ujung itu. Siapa dia......

Diam....... Hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku hanya bisa terdiam dan terus menatap ke seberang. Tanganku gemetar dan kakiku lemas. Hampir aku roboh karena kaki ini tidak bisa menopang berat tubuhku dan juga berat perasaan di dalamnya. Dunia seakan terhenti. Sekarang aku baru menyadari maksud perkataannya tadi siang. 

Aku memang bodoh. Aku tetap saja bertahan padahal tidak ada yang harus dipertahankan. Toh, dia tadi bilang kalau aku bisa membiarkannya tergeletak di tanah, tapi aku tetap bersih keras untuk menggenggam erat. Sekarang semuanya sudah jelas. Jelas sudah suruhan dia untuk membiarkan tali itu tergeletak di tanah.

Untuk apa aku mempertahankan tali yang tidak jelas itu? Untuk apa aku bertahan seorang diri? Sesungguhnya aku tetap bertahan untuk mencari sebuah kejelasan. Kejelasan bahwa aku akan berakhir tanpamu.

Monday, February 25, 2013

Modern Rutherford's Theory

You know, there's an unseen boundary in an atom, and so we as human beings also can relate to that. Looks like you're the core and I'm the orbit that covers you. Some electrons are found in the orbit. The particle keeps the core and the orbit away and stable. People see this figure as one form, but actually the electron can not fall into the core and this theory can not be explained. It happens to us as well. We know we're so close... but something will not let us meet just like the electron and the core. We still preserve each other without impairing the system. We are one with a transparent barrier.

Sunday, February 10, 2013

Happiness.

Orange-and-cloudy-waving sky.
Desired place.
Pleasurable atmosphere.
Unstoppable laughter.
Thread of memories.
A little bit regret.
Grateful love. 
A "used to be" relation.
Bothersome past.

These things are called, happiness. You may disagree with my statement. Instead of mourn these lists, I persuade you to flip your next page and write a list about your present nor past and beautify that pages. I believe you will see a grateful thing.

Wednesday, January 23, 2013

It Doesn't Matter

In the beginning of the third grade, my physics teacher taught us about electrostatic. There's a formula explains if the distance between two point charges is farther then the force is weaker, and the opposite, if the distance is nearer then the force is stronger. 

"This formula is like our love life. If the distance between you and your boyfriend or girlfriend is far, so that the force is weak. Hahaha," he said and laughed. I kept silent for awhile and started thinking. Is this formula in effect in our life? Does long distance relationship work in real life?

Most of teenager who deal with long distance relationship can't keep it work. So many factors that can be excuses for the break, such as distance (for sure), own business, communication, schedule,  and trust. The hardest thing to keep is trust. It's like a jar, once you break it, you can fix it but the scratch still can be seen. 

Let me tell you an important thing. For me, as long as they are able to care each other, trust each other, and wait patiently, distance means nothing.


Saturday, January 19, 2013

The Shadow

At coffee shop. It's 6 o'clock and still raining heavily outside. I'm sitting on the corner, alone. A cup of hot vanilla latte and a slice of red velvet are being my friends now. As the time flies, I have been sitting here almost an hour and I'm just watching at people who come either with their friends or family or maybe her boyfriend or his girlfriend. On the next table, a long-blonde-hair girl is playing with her unicorn doll and her brother is busy with his chocolate pancake. At table number five, there's a couple who are cuddling each other while waiting the waitress brings their orders. Suddenly, my iPhone turns on and there are some notifications come up at the same time. I take a look for awhile and reply it all.

As I'm too busy to stare at those creatures and reply notifications, my vanilla latte is getting cold. I'm sipping my drink, cutting my cake up into small chunks. Let's taste it. Hem..... I think this cake is pretty good with its moist red cake and sweet cream cheese on top. Don't worry, I almost always do this, two activities concurrently.

By the way, I'm still sitting here while everyone starts leaving this shop. I'm still waiting. What are you waiting for? I'm waiting for................... Him. This post is over as he comes in, I finish this last sentence and turn off my laptop.

Saturday, January 12, 2013

Hot Chocolate Milk

A glass of hot chocolate milk accompanied me in this cold weather. The chocolate flavor enticed my nose, fit sweetness, and warm temperature obviously. Two contrast situations could make a harmony. Stars and night, bread and butter, shoes and socks, black and white, things surrounding us which have made beautiful line. Now, I understand why He made us, male and female. These creature was made to become a partner, complete each other, laugh together, help in difficulty, and draw the new line, love.

Thursday, January 3, 2013

Words and Sound

Hey yaa!! So, this is my friend's soundcloud. Please welcome, Indah Sagala! This afternoon she told me to hear her soundcloud and it's so amazing. First time I heard it, I imagined if she does a monolog at the opening of a movie - my imagination worked directly. She had made some soundclouds today, so please hear them :-)

*the soundcloud that I post was written by me :-)

Which One Is Better?

"Which one is better, be confusion or feel nothing?" I've heard someone asked that. Well, in this case, I think I'd rather feel nothing than be confusion. Why? Because in the end, when you be confusion and you finally in the "final" of your feeling, you'll feel nothing :-)

I should post this yesterday, but I came down with fever and couldn't get up. It should be my five monthiversary - no, I'm not sad. Happy failed monthiversary, rogue boy! :-)

Different Ways, One Purpose

I'm listening to my friend's soundcloud and it's REAAAALLLLYYYY COOOLLLL! But in this post I won't discuss about its content.

Suddenly, I think that every person has their own way to enjoy their life. Not every people feel comfortable when they must interact with this world. Having a cup of coffee or tea and a slice of cake while talking stupid things could be an activity on which you can spend time. Generally, people really love it - including me - but sometimes half of my soul say, "Ugh, that's disturbing me. They're so talkative." and I go soon to the place where's very quiet. I don't know I have two personality or not - I hope I don't - but I need "me time" occasionally. What kind of personality is this? For the sake of Neptune, I only have one personality.

Finally, as I've said, every person has their own way to enjoy their life and those different ways go for one purpose, happiness.

Tuesday, January 1, 2013

First word, first page

HAPPY NEW YEAR ALL!!! It's a brand new day and let's start with a big smile! :-D

Last night, I celebrated new year's eve with my friends. We went to Bundaran HI to join car free night. Actually, it should be car free day, but in order to welcome new year the governor made it into car free night. 

Time flies so fast and I still can't believe today is the first day on 2013. As I look back with what I did and felt last year, there were so many things and feelings that coloring my life. Either doing favor or sin, being a princess or broken girl, happy or sad, I still love my life to the fullest. Keep praying, lifting up His name, doing His favor, and never forget Him.