Thursday, March 28, 2013

Tali Tak Berujung

Post pertama dan terakhir di minggu terakhir bulan Maret.

Bulan ini menjadi bulan yang sibuk untuk aku, sebagai seorang pelajar, sampai-sampai menjadi tidak produktif untuk hampir satu bulan ini. Sibuk dalam menghadapi try out. Sibuk mengikuti pendalaman materi. Sibuk "menghantui" guru-guru. Dan sibuk memikirkan hati ini.

Sebenernya hati ini pun sudah sibuk sejak aku belum sesibuk ini. Sibuk mencari sebuah kebenaran. Sibuk mencari sebuah jalan keluar dari sebuah "gang buntu". Sibuk mencari sebuah kejelasan.

Sebuah tali. Tak terlihat. Hanya aku dan kamu. Kamu tidak mengerti kalau aku menggenggam tali ini begitu erat, tapi kamu? Hanya mengikatnya di batang pohon depan rumahmu. Kamu tidak tahu kalau aku menjaganya agar tidak lepas atau terputus, tapi kamu? Hanya tidur-tiduran santai di bawah pohon. Sampai pada akhirnya kamu menghampiriku dan berkata, "Untuk apa kamu memegangnya erat-erat? Menjaganya walaupun hari sedang terik. Sudah, lepaskan saja. Apa kamu tidak lihat kalau aku tidak memegangnya? Aku tadi kan sudah bilang kalau kamu bisa melepaskannya saja dan mebiarkan tergeletak di tanah ini. Untuk apa kamu terus berjuang? Aku juga sudah memilih untuk menggulung tali ini dan menaruhnya di dalam gudang. Aku akan mencari pergi sebentar, kamu diam saja di rumah ya." Aku hanya bisa menganggukan kepala dan kembali ke rumah. Sudah hampir setengah hari dan dia belum pulang. "Kemana saja dia? Jam segini belum kembali.", kataku dalam hati.

Akhirnya, lime menit kemudian dia kembali. Aku hanya bisa terdiam saat aku membukakan pintu. Dia kembali dengan seutas tali baru. Tali yang semua orang bisa melihatnya. Tali indah berwarna merah muda dan berhiaskan kerlap-kerlip. Sontak aku terdiam. Aku tidak mengerti untuk apa tali itu. Aku melihat dia memegang erat ujung talinya, dan aku mencari keberadaan dimana ujung satunya lagi. Setelah ku telusuri, ternyata ujung satunya lagi berakhir di sebuah ruangan. Samar-samar aku melihat ada seseorang yang memegang ujung itu. Siapa dia......

Diam....... Hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku hanya bisa terdiam dan terus menatap ke seberang. Tanganku gemetar dan kakiku lemas. Hampir aku roboh karena kaki ini tidak bisa menopang berat tubuhku dan juga berat perasaan di dalamnya. Dunia seakan terhenti. Sekarang aku baru menyadari maksud perkataannya tadi siang. 

Aku memang bodoh. Aku tetap saja bertahan padahal tidak ada yang harus dipertahankan. Toh, dia tadi bilang kalau aku bisa membiarkannya tergeletak di tanah, tapi aku tetap bersih keras untuk menggenggam erat. Sekarang semuanya sudah jelas. Jelas sudah suruhan dia untuk membiarkan tali itu tergeletak di tanah.

Untuk apa aku mempertahankan tali yang tidak jelas itu? Untuk apa aku bertahan seorang diri? Sesungguhnya aku tetap bertahan untuk mencari sebuah kejelasan. Kejelasan bahwa aku akan berakhir tanpamu.