Friday, October 25, 2013

Salah Persepsi

Akhirnya mulai nulis lagi setelah sekian lama berurusan dengan proses adaptasi. Ya, sekarang gue lagi ga di Indonesia dikarenakan masalah pendidikan. Proses adaptasi yang baru akan dimulai dan sudah menguras air mata gue. Mungin kalo ada air-mata-meter, gue udah ada in the highest level. Sebenernya apa sih yang bisa buat gue mewek terus? Indonesia, esp. Jakarta dan Bekasi.
 
Mungkin bagi kalian yang tinggal di Jakarta dan/atau Bekasi - dan belum sempat ngerasain tinggal di luar Indonesia - merasa kalau dua kota itu ga enak karena dimana-mana macet, polusi, anak-anak yang suka sembarangan, pengemis-pengemis di pinggir jalan, dan masih banyak lagi. Mungkin pernah terbesit di benak kalian kalau kalian ingin pindah keluar, keluar dari Indonesia. Kalian ngebayangin kehidupan diluar seindah di film-film bioskop; jalanan ga macet, ga ada pengemis, ga ada anak-anak yang ngawur, dan lain-lain. Sejujurnya dulu gue juga berpikir kaya gitu, tapi setelah gue menjalani kehidupan ini... Semua salah. Persepsi gue salah.
 
Menurut gue, kehidupan di Indonesia is much better than here. Walapun ga bisa dipungkiri kalau disini itu memang tidak ada kemacetan, polusi, anak-anak ngawur, pengemis-pengemis di pinggir jalan, dan lain-lain. Justru sebaliknya, hal-hal itulah yang membuat gue semakin kangen, mungkin cinta, sama Indonesia esp. Jakarta dan Bekasi.
 
Sebenarnya tujuan utama gue nulis postingan ini cuman mau curhat tentang perbedaan situasi dan kondisi, tapi apa daya kalau otak gue nyambungin ke masalah percintaan.

Sebagai seorang manusia, kita pastinya tidak pernah puas dengan apa yang kita dapatkan. Kita selalu ingin mendapatkan yang lebih. Mungkin saat kita sudah punya seseorang, kita sudah merasakan sesuatu yang membuat kita "gerah" -seperti kemacetan Jakarta- dan kita ingin mencari sesuatu yang baru, yang lain. Dan saat kita mendapatkan yang lain, kita sadar bahwa sesuatu yang "gerah" itu justru menjadi magnet yang sangat kuat, yang mungkin bisa membuat kita menyesal atas pilihan yang sudah kita buat. 
 
Di dunia ini memang tidak ada yang sempurna, semua mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kita tidak bisa menuntut semua untuk mengikuti kehendak kita demi kesenangan kita. Yang bisa kita lakukan ialah menerima, mensyukuri, dan melihat segala sesuatu dari sisi positif bukan negatif.