Saturday, May 10, 2014

Bahagia

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana menghirup udara pagi yang segar.
Sesederhana melihat cahaya matahari yang menembus pepohonan.
Sesederhana mendengar suara kicauan burung yang saling bersaut-sautan.
Sesederhana merasakan lembutnya belaian angin.
Sesederhana menyentuh bunga mawar yang mekar.
Sesederhana berpijak diatas rumput hijau.

Bahagia itu mudah.
Semudah kamu menyapa pak pos yang melewati rumahmu.
Semudah kamu memberi makanan kepada seorang pemulung tua yang sedang duduk termenung di bawah jembatan.
Semudah kamu bermain di taman dengan anak-anak.
Semudah kamu merasakan kue favoritmu.
Semudah kamu menghantam kasurmu yang empuk.
Semudah kamu mencium wangi khas guling kesayanganmu.

Bahagia itu rasa syukur.
Bersyukur kamu masih bisa bernafas sampai sekarang.
Bersyukur kamu mempunyai keluarga yang selalu mendukungmu dari belakang.
Bersyukur kamu masih mempunyai teman-teman yang selalu ada untukmu.
Bersyukur kamu masih bisa melihat, mendengar, berbicara, merasakan sesuatu, dan berjalan.
Bersyukur kamu masih bisa mengingat akan semua kenangan yang telah terlewati.
Bersyukur kamu mempunyai dia yang selalu ada disampingmu.

...

Bahagia itu bukan sesuatu yang bersifat materi. Bahagia bukanlah sesuatu yang mahal. Lihatlah anak kecil yang sedang bermain di taman. Mereka adalah wujud dari kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang tidak memandang derajat, mereka tidak melihat darimana kalangan teman bermain mereka. Mereka adalah pribadi yang akan bangkit saat jatuh. Apa yang kamu lihat saat mereka berusaha bangkit dari tempat mereka terjatuh? Ya, senyum tanda keberhasilan dan kebahagiaan. Mungkin bagi mereka itu adalah pencapaian terbesar yang orang tua mereka harus tau.

...

Bagiku, bahagia itu adalah mengetahui bahwa walaupun kita tidak bisa melihat satu sama lain tapi kita yakin bahwa suatu saat nanti kita bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama. 

Saturday, February 22, 2014

Obrolan Tengah Malam

Karena jantung ini masih sedikit berdetak untukmu.

Tuesday, November 19, 2013

Karena Mereka Cuman Satu

Sore yang sepi diiringi lagu-lagu The Script.

Jari jempolku tiada henti men-scroll kebawah sembari memilih tweet mana yang akan dihapus. Mau tidak mau aku pasti membaca semua tweet yang dulu pernah aku post. 

Aku putuskan ini untuk menjadi postingan pendek.

Aku hanya mau menulis kalau aku merindukan masa-masa yang pernah aku lalui. Masa-masa SMA, masa-masa remaja yang tidak mungkin terulang. Masa-masa yang diisi dengan teman-teman yang "bodoh" yang tidak mungkin ditemukan dimana-mana. Karena mereka cuman satu.

Friday, October 25, 2013

Salah Persepsi

Akhirnya mulai nulis lagi setelah sekian lama berurusan dengan proses adaptasi. Ya, sekarang gue lagi ga di Indonesia dikarenakan masalah pendidikan. Proses adaptasi yang baru akan dimulai dan sudah menguras air mata gue. Mungin kalo ada air-mata-meter, gue udah ada in the highest level. Sebenernya apa sih yang bisa buat gue mewek terus? Indonesia, esp. Jakarta dan Bekasi.
 
Mungkin bagi kalian yang tinggal di Jakarta dan/atau Bekasi - dan belum sempat ngerasain tinggal di luar Indonesia - merasa kalau dua kota itu ga enak karena dimana-mana macet, polusi, anak-anak yang suka sembarangan, pengemis-pengemis di pinggir jalan, dan masih banyak lagi. Mungkin pernah terbesit di benak kalian kalau kalian ingin pindah keluar, keluar dari Indonesia. Kalian ngebayangin kehidupan diluar seindah di film-film bioskop; jalanan ga macet, ga ada pengemis, ga ada anak-anak yang ngawur, dan lain-lain. Sejujurnya dulu gue juga berpikir kaya gitu, tapi setelah gue menjalani kehidupan ini... Semua salah. Persepsi gue salah.
 
Menurut gue, kehidupan di Indonesia is much better than here. Walapun ga bisa dipungkiri kalau disini itu memang tidak ada kemacetan, polusi, anak-anak ngawur, pengemis-pengemis di pinggir jalan, dan lain-lain. Justru sebaliknya, hal-hal itulah yang membuat gue semakin kangen, mungkin cinta, sama Indonesia esp. Jakarta dan Bekasi.
 
Sebenarnya tujuan utama gue nulis postingan ini cuman mau curhat tentang perbedaan situasi dan kondisi, tapi apa daya kalau otak gue nyambungin ke masalah percintaan.

Wednesday, September 18, 2013

Ikatan Angin

Ikatan antara angin yang berhembus dari timur ke barat dan angin yang berhembus dari utara ke selatan. Saling bertemu di titik pusat dan saling melilitkan diri satu sama lain. Tapi angin tetaplah angin. Angin bukan benda padat. Angin hanyalah benda gas yang memiliki ikatan yang lemah. Didorong oleh detik-detik yang enggan berhenti berjalan, ikatan itu hilang. Angin timur menari dengan indah hingga sampai di barat dan begitupun angin utara yang berlari dengan cepat ke selatan. Mereka tidak lagi berikatan. Ya, mereka melanjutkan perjalanan sendirian. Aku ulangi, sendirian.