"Kasian banget sih dia di-PHP-in sama tuh
cowo. Dasar jahat!"
"Eh eh eh, sekarang gue sama dia jadi
kakak-adek ketemu gede loh. Jangan-jangan nanti gue sama dia bisa jadian deh
hihihi."
"Sorry ya guys, gue lagi mau jalan ama
pacar gue dulu nih. Ngumpul ama kalian kapan-kapan aja ya, masih ada waktu
ini."
"Aduh, kapan ya gue punya pacar lagi?
Udah satu bulan nihh malem minggu ama kucing gue. Hiks."
--
Beberapa kalimat di atas pasti sudah sering
kalian dengar di sekeliling kalian. Mulai dari kisah si pelaku dan si korban
PHP, kakak-adik beda orang tua, lebih mementingkan pacar daripada teman atau
sahabat sendiri, dan seorang remaja galau nan labil yang tidak bisa hidup tanpa
seorang pacar. Tapi menurut kami, tidak semua pelaku PHP itu bersalah, tidak ada
yang namanya kakak-adik ketemu gede, hidup kalian tidak bergantung pada pacar
kalian, dan kalian tidak akan mati kalau tidak punya pacar.
Pertama. Dalam kasus PHP, tidak semua kesalahan
dititikberatkan pada si pelaku. Orang yang menjadi korban atau yang diberi
harapan palsu harusnya memiliki inisiatif untuk meminta kejelasan. Jika dia
tidak ada keinginan atau niatan untuk meminta kejelasan, dapat diartikan juga
si korban ini nyaman dalam keadaannya sebagai korban harapan palsu. So, do
not judge the giver as the most unrighteous.
Kedua. Hubungan antara laki-laki dan perempuan
itu hanya ada dua, yaitu lovers or friends. Tidak ada yang namanya
hubungan kakak-adik ketemu gede -yang pada akhirnya hanya akan berujung pada
harapan palsu. Hubungan saru itu cuman bullshit, kiasan dua anak manusia
yang tidak dapat membuat keputusan secara tegas. Statusnya sih teman tapi
diperlakukan kaya pacar, tapi sekali lagi statusnya bukan pacar. Do you want
to be in this indecisive relationship?
Ketiga. Cinta bisa merubah kelakuan seseorang.
Yap, that's right buddy. Pasti kalian pernah lihat atau bahkan pernah
merasakan berubahnya seseorang sejak dia punya pacar. Jarang ngobrol bareng
sahabat-sahabatnya, jarang ngumpul bareng karena dia lebih mentingin pacarnya
daripada sahabatnya. Please, hidup kalian itu tidak tergantung dengan
keberadaan pacar kalian disamping kalian. Menurut kami, orang yang lebih
mementingkan pacarnya daripada sahabat sendiri itu adalah orang yang tidak
berpikir untuk jangka waktu panjang. Let's say, kalau dia putus sama
pacarnya, pasti dia curhat sama sahabatnya. Gimana kalau dia putus sama
sahabatnya karena pacarnya, terus saat dia putus sama pacarnya dia tidak tahu
lagi mau cerita ke siapa. It's worst, isn't it? Orang tersebut juga
harus memiliki me time dimana dia bisa spends her/his time with
her/his family or friends. Dan yang perlu diingat jika seseorang putus dari
pacarnya, dia bakal bilang "itu mantan pacar gue.", tapi jika
seseorang bertengkar dengan temannya tidaklah mungkin dia bilang "itu
mantan temen gue" tapi "itu temen gue, tapi ga deket.".
Keempat. Terakhir. Dunia ini luas, tidak selebar
tangan pacar. Sudah menjadi pemandangan yang tidak langka bagi kita-kita
pengguna social media kalau melihat status salah seorang teman yang
sedih karena sedang tidak punya pacar. Ehem. Kami saja yang jomblo masih bisa
hidup sampai sekarang, sampai menulis tulisan ini tanpa pacar disamping kami.
Para jomblo yang mengatakan hal itu memiliki pemikiran hal yang sempit. Come
on, kalian masih bisa melakukan banyak hal sama keluarga kalian, sahabat
kalian, ataupun hal-hal yang kalian suka. Dan kami tegaskan, kalian masih bisa
hidup tanpa pacar, tapi kalian tidak bisa hidup kalau tidak makan dan tidur.
Itulah sebabnya kami sangat mencintai makan dan tidur.
Tulisan ini hanya kumpulan pendapat dua anak perempuan yang melihat suatu hal secara keseluruhan. Tiga ratus enam puluh derajat.