Monday, April 1, 2013

Tiga Ratus Enam Puluh Derajat

"Kasian banget sih dia di-PHP-in sama tuh cowo. Dasar jahat!"

"Eh eh eh, sekarang gue sama dia jadi kakak-adek ketemu gede loh. Jangan-jangan nanti gue sama dia bisa jadian deh hihihi."

"Sorry ya guys, gue lagi mau jalan ama pacar gue dulu nih. Ngumpul ama kalian kapan-kapan aja ya, masih ada waktu ini."

"Aduh, kapan ya gue punya pacar lagi? Udah satu bulan nihh malem minggu ama kucing gue. Hiks."

--

Beberapa kalimat di atas pasti sudah sering kalian dengar di sekeliling kalian. Mulai dari kisah si pelaku dan si korban PHP, kakak-adik beda orang tua, lebih mementingkan pacar daripada teman atau sahabat sendiri, dan seorang remaja galau nan labil yang tidak bisa hidup tanpa seorang pacar. Tapi menurut kami, tidak semua pelaku PHP itu bersalah, tidak ada yang namanya kakak-adik ketemu gede, hidup kalian tidak bergantung pada pacar kalian, dan kalian tidak akan mati kalau tidak punya pacar.

Pertama. Dalam kasus PHP, tidak semua kesalahan dititikberatkan pada si pelaku. Orang yang menjadi korban atau yang diberi harapan palsu harusnya memiliki inisiatif untuk meminta kejelasan. Jika dia tidak ada keinginan atau niatan untuk meminta kejelasan, dapat diartikan juga si korban ini nyaman dalam keadaannya sebagai korban harapan palsu. So, do not judge the giver as the most unrighteous.

Kedua. Hubungan antara laki-laki dan perempuan itu hanya ada dua, yaitu lovers or friends. Tidak ada yang namanya hubungan kakak-adik ketemu gede -yang pada akhirnya hanya akan berujung pada harapan palsu. Hubungan saru itu cuman bullshit, kiasan dua anak manusia yang tidak dapat membuat keputusan secara tegas. Statusnya sih teman tapi diperlakukan kaya pacar, tapi sekali lagi statusnya bukan pacar. Do you want to be in this indecisive relationship?

Ketiga. Cinta bisa merubah kelakuan seseorang. Yap, that's right buddy. Pasti kalian pernah lihat atau bahkan pernah merasakan berubahnya seseorang sejak dia punya pacar. Jarang ngobrol bareng sahabat-sahabatnya, jarang ngumpul bareng karena dia lebih mentingin pacarnya daripada sahabatnya. Please, hidup kalian itu tidak tergantung dengan keberadaan pacar kalian disamping kalian. Menurut kami, orang yang lebih mementingkan pacarnya daripada sahabat sendiri itu adalah orang yang tidak berpikir untuk jangka waktu panjang. Let's say, kalau dia putus sama pacarnya, pasti dia curhat sama sahabatnya. Gimana kalau dia putus sama sahabatnya karena pacarnya, terus saat dia putus sama pacarnya dia tidak tahu lagi mau cerita ke siapa. It's worst, isn't it? Orang tersebut juga harus memiliki me time dimana dia bisa spends her/his time with her/his family or friends. Dan yang perlu diingat jika seseorang putus dari pacarnya, dia bakal bilang "itu mantan pacar gue.", tapi jika seseorang bertengkar dengan temannya tidaklah mungkin dia bilang "itu mantan temen gue" tapi "itu temen gue, tapi ga deket.".

Keempat. Terakhir. Dunia ini luas, tidak selebar tangan pacar. Sudah menjadi pemandangan yang tidak langka bagi kita-kita pengguna social media kalau melihat status salah seorang teman yang sedih karena sedang tidak punya pacar. Ehem. Kami saja yang jomblo masih bisa hidup sampai sekarang, sampai menulis tulisan ini tanpa pacar disamping kami. Para jomblo yang mengatakan hal itu memiliki pemikiran hal yang sempit. Come on, kalian masih bisa melakukan banyak hal sama keluarga kalian, sahabat kalian, ataupun hal-hal yang kalian suka. Dan kami tegaskan, kalian masih bisa hidup tanpa pacar, tapi kalian tidak bisa hidup kalau tidak makan dan tidur. Itulah sebabnya kami sangat mencintai makan dan tidur.

Tulisan ini hanya kumpulan pendapat dua anak perempuan yang melihat suatu hal secara keseluruhan. Tiga ratus enam puluh derajat.